chha's fave song (now) >> Ku Menunggu - Rossa

Kamis, 03 November 2011

cerpen pesenan orang :)

Kutukan Emon

“Hari ini kamu akan bertemu dengan orang yang bisa mengajari kamu bahasa Jepang, karena dia bisa bahasa Jepang dan ia memintamu mengajarinya bahasa Indonesia … “Arisa menengok ke arah suara itu dan melihat kucing kesayangannya yang barusan berbicara. Saat ia hendak menangkap kucingnya itu, segalanya memudar …
“Aaaaww! Sakit tau!” Arisa memegang kelingkingnya yang nyut – nyut. Ternyata kucing peliharaannya, Emon, yang membangunkannya dari tidur dengan menggigit jari kelingking kaki Arisa. Kucing itu menatap Arisa dengan matanya yang bulat, mengingatkan ia akan mimpinya tadi malam. Masa sih Emon bisa ngomong? pikirnya. Kemudian ia mengangkat bahu dan beranjak ke kamar mandi.
“Masa Emon bisa ngomong? Ngga mungkin banget deh. Lagian Sa, mimpi itu bunga tidur. Bisa aja saking pengennya kamu denger Emon ngomong pake bahasa manusia sampai kebawa mimpi kaya gitu, ” begitu komentar Gadis saat mendengar mimpi yang dialami Arisa saat ia bercerita kepada Gadis. Arisa memang biasa mendatangi Gadis apabila ia ingin bercerita tentang apapun. Bahkan sampai dibela – belain pagi – pagi ke kelas Gadis yang jauhnya di seberang lapangan basket sama voli padahal cuma pengen cerita mimpi kayak gini.
“Yah … namanya juga mimpi, Dis. Tapi mimpi itu kesannya meyakinkan banget. Lagipula, kalo misalkan beneran ada yang bisa ngajarin aku bahasa Jepang kan, why not ?” balas Arisa lagi. Kemudian bel berbunyi dan Arisa beranjak ke kelasnya.
“Eh, Sa, katanya kelas kita bakal dapat murid baru lho! Pindahan dari Jepang. Wah ,kayaknya bakal cocok deh sama kamu. Kamu juga lagi belajar bahasa Jepang kan Sa?” ucap teman sekelas Arisa yang namanya Duta. Arisa terbelalak. Jangan – jangan mimpi yang tadi malam bakal beneran jadi nyata … batin Arisa lagi. Tapi itu cuma mimpi, bunga tidur. Ngga usah tersugesti deh Sa! Arisa menggeleng – gelengkan kepalanya. Ia pun duduk di kursinya yang terletak di barisan ketiga.
Kemudian Bu Nani, wali kelas mereka memasuki kelas. “Pagi, anak – anak. Hari ini kita kedatangan murid baru pindahan dari Jepang. Namanya Yusuke.” Ibu Nani memasuki kelas Arisa diikuti oleh seorang anak laki – laki yang wajahnya 11-12 saja dengan Rafael, salah satu personil boyband yang sedang naik daun di Indonesia, dengan matanya yang tidak bisa dibilang sipit selayaknya orang Jepang.
“Mmm … nama saya Yusuke Ishimura. Saya pindahan dari Jepang, mengikuti orang tua saya yang pindah tugas ke sini. Douzo yoroshiku*,” ucap si murid baru dengan sedikit menundukkan badan dan pelafalan yang agak – agak cadel. Hmm … kayaknya aku beneran bisa minta ajarin bahasa Jepang deh sama dia, pikir Arisa.
“Oke, sekarang kamu bisa duduk di bangku itu dan, Arisa, ibu minta tolong nanti kamu temani Yusuke keliling sekolah. Lalu, ibu minta maaf sekali sebelumnya tapi ibu harus menghadiri pertemuan guru di kantor walikota sekarang. Jadi, tolong kerjakan latihan halaman 78 dan 79. Jangan ribut dan pada saat jam berakhir kumpulkan ke meja ibu,” semua siswa kelas XI C menyimpan senyum yang ditutupi dengan ekspresi (pura – pura) kecewa. Bu Nani pun meninggalkan kelas diiringi cengiran yang semakin lebar dari murid – murid XI C. Langsung saja meja si murid baru dikerubungi seisi kelas.
“Kamu beneran pindahan dari Jepang ya, emm … siapa tadi nama kamu?”
“Kok kamu ngga kayak orang Jepang sih?”
“Kenapa kamu pindah ke sini?”
“Entar kalo istirahat bareng kita aja!”
Yang diajak ngomong diam saja, tidak menjawab pertanyaan – pertanyan yang ditujukan padanya. Arisa jadi rada risih karena tidak bisa mengerjakan tugas, terganggu dengan teman – temannya yang berdesakan di meja murid baru di belakangnya. Arisa pun mengambil buku teksnya dan beranjak hendak mengerjakan di meja lain. Tiba – tiba ada suara memanggilnya.
“Arisa-san!” Arisa membalikkan badan. Ternyata si bule Jepang yang memanggilnya. “Anata wa Arisa-san desuka?**” tanya si bule Jepang. Teman – teman sekelasnya bingung, ngga ngerti. Arisa diam, ia hanya mengangguk pada si bule.
“Saya belum bisa berbahasa Indonesia dengan benar, dan ibu guru bilang kalau kamu bisa berbahasa Jepang dan Inggris. Jadi saya mohon bantuannya untuk diajari bahasa Indonesia yang benar,” Yusuke berdiri dan membungkukkan badan. Arisa hanya diam melongo, kaget. Bukan karena kelakuan si bule Jepang yang membuatnya kaget, tapi karena mimpinya tadi malam yang benar – benar menjadi kenyataan.
Malam harinya, Arisa tiduran di kamarnya sambil mengelus – elus Emon. “Mon, tadi malam kan aku mimpi kamu ngomong pake bahasa manusia. Terus apa yang kamu omongin itu beneran terjadi di sekolah hari ini. Yang aku heran itu, kok bisa kebetulan kayak gitu sih?” Arisa berbicara seakan – akan Emon bisa mengerti ucapannya. Si kucing yang diajak ngomong juga cuma mengeong. Tak lama Arisa pun tertidur.
“Ia akan mengikutimu kemana pun kamu pergi … dan kamu harus siap mendapat tatapan benci dari beberapa orang yang iri padamu …” suara yang sama terdengar lagi. Arisa melihat kucingnya, Emon, duduk di kursi hitam yang membuatnya makin kontras dengan bulunya yang putih. Kucingnya itu melenggang dan semuanya kembali gelap …
“Aduuhh … Emoon!” lagi – lagi Emon membangunkan Arisa dengan menggigit jari kelingking kaki kanannya. Yang bersalah cuma mengeong dan menjilati kakinya sendiri. Jangan – jangan mimpi tadi bakal kejadian lagi? pikir Arisa. Kalo sampai kejadian beneran, aku yang kena dong! Arisa bergidik membayangkannya. Secepat kilat ia mengambil handuknya dan masuk ke kamar mandi.
“Ohayou***, Arisa-san!” Yusuke tersenyum sumringah pada Arisa yang baru datang. Arisa hanya menggumamkan kata ‘ohayou’ dengan senyum tipis. Lama – lama aku bisa paranoid kalo kaya gini terus! gumam Arisa dalam hati. Kemudian ia menaruh tasnya dan berjalan keluar menuju kelas Gadis. Sepanjang ia berjalan, memang tidak banyak orang yang sudah datang ke sekolah. Namun setiap ada orang, orang itu memandangnya dengan tatapan yang sulit dimengerti. Arisa berpikir, mungkin mereka ingat bahwa kemarin aku yang mengantar bule Jepang keliling sekolah. Arisa berusaha cuek dengan positive thinking bahwa orang – orang itu tidak sedang melihat ke arahnya.
“Lho, Sa, itu … ” Gadis menunjuk ke belakang Arisa saat Arisa sampai di depan kelas Gadis. Arisa menolehkan kepalanya dan ia kaget setengah mati saat melihat Yusuke berdiri di belakangnya, masih dengan senyum sumringah.
“Kamu ngapain di sini? Kenapa juga kamu ngikutin aku? Pantesan dari tadi orang - orang ngeliatin aku! Risih ,tau ngga!” cecar Arisa. Senyum Yusuke berubah jadi bingung.
“Gomenasai****, saya tidak mengerti kata - kata kamu tadi. Kamu berbicara terlalu cepat,“ ucap Yusuke tanpa muka bersalah.
Arisa memandang Gadis tanpa daya. “Istirahat nanti ke kelas ya, aku mau cerita,” ucap Arisa lesu. Kenapa bisa sih? Kenapa mimpi aku tadi malam kejadian lagi? Aku salah apa sih, sampai – sampai dikutuk kayak begini? Iya sih, ini bule ngga jelek – jelek amat. Tapi kan, kalo diliatin, diomongin di belakang sama orang juga ngga enak. Huhh … Arisa membatin lagi sambil berjalan menuju kelasnya, masih dengan Yusuke yang setia mengikutinya dalam jarak yang konstan, tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat namun tetap mencolok. Arisa hanya bisa menghembuskan napas, pasrah.
Akhirnya, kejadian yang sama terjadi berulang kali. Arisa mimpi kucingnya, Emon, bisa bicara dan apa yang dibilang kucing itu di mimpinya selalu terjadi pada keesokan harinya. Plus, gigitan di kelingking kaki Arisa hingga Arisa terbangun dari tidurnya. Dan mimpi itu selalu ada hubungannya dengan Yusuke si bule Jepang. Arisa bahkan sampai berpikir kucingnya itu bukan kucing sembarangan dan mimpi – mimpinya bukan mimpi biasa. Hingga pada suatu malam Arisa tidak bisa menahannya lagi …
“Emooon … ! Aku salah apa sih sama kamu?? Emang aku majikan yang kurang baik yah, sampai – sampai kamu ngutuk aku kayak begini?? Jawab dong Mon … huhu … “ Arisa menangis sesenggukan. “Pokoknya malam ini kamu mesti tidur di luar kamar! Kamu ngga boleh tidur di dalam, atau nanti kamu datang lagi di mimpi aku!” ucap Arisa yang masih berlinang air mata mengangkat badan Emon keluar dari kamar dan meletakkannya di sofa sebelah telepon. Arisa pun kembali ke kamarnya, melanjutkan tangisannya hingga larut malam dan akhirnya tertidur karena kelelahan.
“Suatu kerja sama yang akan mendekatkan kamu dengannya tanpa kamu sadari … “ kata – kata Emon kembali terngiang. Kali ini ia duduk di bingkai jendela, yang disinari matahari hingga yang terlihat hanya siluetnya …
“Sa … ? Arisa ?? Udah jam tujuh kurang lima belas, kamu ngga sekolah ya ?” suara lembut mama memanggil Arisa dari balik pintu kamar.
“Iya ma … bentar lagi … “ jawab Arisa dengan mata masih terpejam.
“Sebentar apanya? Ini sudah jam tujuh lho de! Kamu mau datang telat ke sekolah?” Rianna, kakak perempuan Arisa membuka pintu kamar Arisa dan membangunkan adiknya.
“Apa kak?! Jam tujuh?! Waduuhh, telat nih! Kakak juga kenapa baru aja bangunin Arisa!” Arisa mencak – mencak berlarian mencari handuk dan masuk ke kamar mandi. Dan akhirnya, walaupun sudah mandi dan berpakaian super cepat tetap saja ia terlambat datang ke sekolah. Dan yang mengejutkan? Si bule Jepang Yusuke juga ikut – ikuan terlambat, karena ia menunggu Arisa datang di depan gerbang sekolah. Sialnya mereka, guru piket hari itu adalah Bu Nani yang disiplinnya paling tinggi satu sekolahan.
“Kenapa kalian bisa terlambat?! Jawab!!” suara Bu Nani menggelegar. Arisa menundukkan kepalanya.
“Saya menunggu Arisa, Bu,” jawab Yusuke polos. Aduuuh … pake dijawab lagi! Jawabannya juga ngga mutu banget! rutuk Arisa dalam hati.
“Kamu kenapa terlambat, Arisa?!!” kata Bu Nani lagi tanpa mengulangi volume suara.
“Saya dikutuk bu, eh … saya kesiangan bu, “ karena kaget Arisa jadi jawab spontan.
“APANYA YANG DIKUTUK?!!! KAMU NGEJEK SAYA YA?!!” Bu Nani makin berang. Dasar bule ! Coba dari tadi diem aja! Jadinya ngga bakalan disuruh jawab kan! Arisa misuh – misuh dalam hati.
“Sekarang kalian ambil sapu, terus bersihkan toilet belakang! Awas, harus sampai benar – benar bersih! Kalau tidak ibu akan tambah hukuman kalian!” ancam Bu Nani. Arisa sudah tidak sanggup lagi berkata – kata dan pasrah saja menerima hukumannya. Jadi ini nih, kerja sama yang dimaksud tadi malam? pikir Arisa. Tapi, yang tadi malam ngga ada hubungannya dong sama Emon, kan Emon tadi malam tidur di luar. Yang ada malah ngga ada yang bangunin aku sampai aku telat begini jadinya. Jadi, semua mimpinya selama ini cuma mimpi biasa dong, begitu juga dengan kucing itu? Berarti aku ngga dikutuk dong? Senyum Arisa mulai mengembang memikirkan analisisnya barusan. Jadi sebenarnya kan emang ngga ada kutukan?*)

Douzo yoroshiku* : Salam Kenal
Anata wa Arisa-san desuka?** : Apa kamu Arisa?
Ohayou*** : Selamat pagi
Gomenasai**** : Maaf

Jumat, 19 Agustus 2011

-_-"

lama ngga posting ..